Kedua pasangan itu sempat tampil dalam sebuah wawancara di televisi swasta 3sat. Dalam wawancara Katrin Luhr mengatakan sebelum mendapat kehormatan berupa hidayah memeluk Islam, ia merasa jiwanya kosong. Ia mengaku pergi ke gereja dari waktu ke waktu namun gagal menemukan jawaban yang ia cari. Kini ia menyatakan tak pernah menemukan kegembiraan seperti ini sebelumnya, juga jawaban terhadap pertanyaan di benaknya. Ia juga menikmati setiap perubahan bermanfaat yang ia rasakan setelah memeluk Islam.
“Saya menyesal tidak dari dulu mengenal Islam. Kalau saja orang Jerman mendapat informasi yang benar tentang Islam, mereka akan mudah masuk Islam,” kata Kai Lühr dalam pernyataannya di televisi. Mereka memutuskan masuk Islam setelah mempelajari al-Qur’an terjemahan dalam bahasa Jerman. Kini, keluarga Lühr telah menjadi Muslim yang taat.
Di kalangan masyarakat Jerman, kelompok yang berprofesi dokter seperti keluarga Lühr merupakan simbol kelas menengah. Mereka saat ini sedang menjadi sorotan publik. Bukan soal kekayaan atau tekanan politik mereka terhadap pemerintah. Tapi karena mereka sedang berbondong-bondong masuk Islam. Perkembangan Islam di Jerman saat ini boleh dibilang sedang memasuki sebuah babak baru. Keluarga Lühr adalah salah satu dari ribuan orang Jerman yang tiap tahun masuk Islam pada lima tahun terakhir ini.
Sebut saja beberapa orang misalnya Nils von Bergner, pengacara muda 36 tahun yang tinggal di kota Hamburg, telah menetapkan pilihannya untuk masuk Islam. Kini, Bergner tidak pernah absen menjalankan shalat lima waktu meskipun harus dengan menggelar sajadah di kantornya. Ada juga dari kalangan akademisi seperti Nina Mühe, ahli Etnologi dari Universitas Berlin. Juga Silvia Horch dosen Jurusan Sastra Jerman- Arab. Dan masih banyak lagi. Mereka semua telah berketetapan hati untuk masuk Islam.
Realitas sosial semakin banyaknya yang menjadi mualaf itu rupanya menarik perhatian kantor Menteri Dalam Negeri Pemerintah Federal Jerman. Akhirnya, kementerian meminta lembaga ‘Das Islam Archiv’ untuk melakukan penelitian terkait dengan fenomena ini. Hasilnya memang cukup mencengangkan. Menurut penelitian yang sempat dipublikasikan Harian Hamburger Abendblatt edisi 29 Januari 2007. Selama satu tahun saja, terhitung Juli 2005 sampai Juni 2006 misalnya, orang Jerman yang masuk Islam sekitar 4.000 orang. Angka ini semakin meningkat pada tahun berikutnya. Tidak lagi 4.000 tiap tahun, tapi menjadi sekitar 6.000 orang per tahun.
Bunuh dirinya seorang Pensiunan Pendeta
Perkembangan Islam yang pesat di jerman ini sempat menimbulkan ‘sikap frustasi’ seorang pensiunan pendeta di Jerman yang akhirnya bunuh diri. Sebagaimana yang diberitakan oleh Timesonline, Seorang pensiun pendeta, Roland Weisselberg, (73) berkomitmen bunuh diri dengan membakar dirinya atas protes penyebaran Islam dan ketidakmampuan Gereja Protestan untuk menahannya.
Roland Weisselberg, menuangkan sekaleng bensin di atas kepalanya dan membakar dirinya di lapangan biara Augustinus di timur kota Erfurt, dimana Martin Luther (sang pendiri protestan) menghabiskan enam tahun sebagai seorang biarawan pada awal abad ke-16.
Pihak keamanan Erfurt, Elfriede Begrich, memberitahukan kepada para wartawan bahwa janda Weisselberg mengatakan suaminya bunuh diri dia karena khawatir tentang penyebaran Islam dan sikap Gereja mengenai masalah ini.
(http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/europe/article623634.ece)
Dan saat ini Kaum Muslim di Jerman bernaung di salah satu lembaga Islam terbesar bernama Zentralrat Muslim Deutschlands (ZMD) atau Dewan Pusat Muslim Jerman. Selain memberikan layanan pembelajaran tentang Islam, ZMD juga rajin memberikan advokasi atas kejadian-kejadian yang dihadapi oleh Muslim di Jerman.